Kamis, 03 September 2015

KARENA ENGKAU, SURGAKU


#1995

"Selamat pagi, Ayra!"

"Selamat pagi."

"Mau berangkat kerja?"

"Iya."

"Mas antar ya!"

"Terima kasih. Saya bisa naik angkot."

"Kebetulan arah tujuan kita sama, jika tidak keberatan."


#1999

"Seperti yang engkau katakan tahun lalu, jika rasaku kepadamu karena ingin mendapat ridho dari Ilahi, maka hari ini, aku telah menepati kata-kataku bahwa aku mencintaimu demi Tuhanku, dan aku ingin mensucikan cinta ini pada ikatan suci. Maukah engkau menikah denganku?"

"Dan aku menerima cintamu karena Tuhanku."

"Aku berjanji, akan menjadi suami dan kepala keluarga yang akan selalu membuatmu bahagia."

"Bawalah kedua orang tuamu menghadap keluargaku!"


#2008

"Maafkan aku ya, Sayang. Gara-gara aku di PHK dari kantor, kini engkau harus ikut menanggung akibatnya. Aku berjanji, semua ini takkan lama. Besok aku dapat panggilan ke luar kota, semoga pekerjaanku yang baru akan jauh lebih baik."

"Ndak pa-pa, Mas. Karena ini sudah kewajibanku, mengabdikan hidupku padamu-suamiku. Amin."

"Sekolah anak-anak bagaimana?"

"Saya sudah melunasinya dengan uang bayaran kerja di tokonya Bu Astuti. Alhamdulillah cukup, Mas."

"Terima kasih ya, Sayang."

#2012

"Kamu tak marah?"

"Jika Tuhan mengizinkan, kenapa aku harus marah? Mas adalah suamiku, tentunya segala sesuatu yang hendak Mas lakukan... sudah Mas pikirkan baik-baik untuk saya, dan anak-anak kita tentunya."

"Engkau tak sakit hati?"

"....."

"Aku tau, kedua matamu tak bisa membohongiku. Maafkan aku, Sayang. Tapi aku juga mencintainya, aku tak ingin rasa ini justru membawa pada laknat Tuhan, untuk itu aku memutuskan untuk menikahinya."

"....."

"Tolong beri pengertian pada anak-anak ya, Sayang."


#2015

"Maafkan aku, Sayang. Aku telah bangkrut. Wanita yang kucintai ternyata menipuku, hanya menginginkan hartaku."

"....."

"Harusnya aku tak membelakangimu, bermain cinta dengan wanita lain yang hanya pura-pura. Sementara di sampingku, aku sudah memiliki wanita sempurna, seorang istri yang luar biasa. Maafkan aku, Sayang."

"Aku selalu memaafkanmu, Mas."

"Aku lelaki dan suami yang tak berguna, bahkan menyia-nyiakan orang yang sudah setia menerima kekuranganku apa adanya. Terima kasih, Sayang. Terima kasih. Semoga masih ada kesempatan untukku membahagiakanmu."

"Aku sudah bahagia, Mas. Mencintai, dan berbakti padamu adalah sebuah kebahagiaan untukku. Karena engkau adalah surgaku."

Jember, 30 Agustus 2015




0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda