Jumat, 22 Januari 2016

cerbung 2

SI GADIS KAMBING
;part 2

Hari tiba-tiba mendung, biru yang sedari tadi membungkus langit pun berubah. Kedua bocah yang bermain di aliran sungai kecil dekat Zubaidah angon kambingnya--Saka dan Ike, sudah pamit pulang terlebih dulu.

Tanpa menunggu lama, Gadis berlesung pipit itu segera bangkit dan menarik dua induk kambing dengan tali ikat yang dia bawa. Dengan sendirinya, dua pejantan dan tiga balita kambing akan mengikuti dari belakang. Jarak rumah Zubaidah dengan sawah tempatnya angon kambing tidaklah terlalu jauh. Namun jika tidak buru-buru, dia khawatir jika hujan akan turun sebelum ia sempat sampai di rumah.

Namun saat menyeberang jalan, karena Zubaidah sedang sibuk mengatur satu anak kambingnya yang baru beberapa hari lalu lahir--berlari-lari sembarangan, ia tak sempat melihat pada arah yang berlawanan, ada dua sepeda motor yang dikendarai cukup kencang. Alhasil, kambing kecil Zubaidah yang tengah lalai dari pengawasan matanya terserempet salah satu motor tersebut.

Embekk! Embekk! Embekk!
Rintih anak kambing yang terpelanting ke tepi jalan. Sontak Zubaidah kaget, antara panik dan bingung. Sementara kambing-kambing lainnya tidak kalah panik dengan wajah Zubaidah. Segera gadis itu mengikat beberapa kambing lainnya di salah satu pohon waru yang ada di sekitar tempat kejadian. Berlari menuju anak kambingnya yang terluka. Membopong kambing tersebut, kemudian menoleh pada si pelaku tabrak kambingnya yang sesaat setelah sadar menabrak kambing, langsung berhenti.

"Eh, sorry. Gue kagak sengaja. Tuh kambing kagak mati kan? Lagian ngapain sih, ada kambing di jalanan gini?" ucap si pelaku penabrak kambing Zubaidah tanpa merasa bersalah.

Zubaidah yang sudah mangkel, melotot ke arah si pembicara tersebut--seorang laki-laki yang memakai helm. Sambil masih membopong kambingnya, Zubaidah mulai bicara bernada kesal. "Eh, kamu tuh yang seharusnya pelan-pelan. Sudah tahu ini jalanan kampung, masih aja ngebut."

Si penabrak yang merasa tidak terima disalahkan pun mulai turun dari motor, membuka helm berkaca hitam yang menutupi wajah dan kepalanya.

Sepersekian detik kemudian, mata Zubaidah melongo saat helm berwarna hitam itu sempurna terbuka. Bagaimana mungkin ada wajah setampan ini? Wajah oval, hidung mancung, sepasang mata yang tajam, serta rambut sebahu yang bagian ujungnya bergerak-gerak dipermainkan angin. Gadis kampung itu menelan ludah, berusaha sadar akan kekesalannya.

"Apa lu bilang? Lu nyalahin gue? Eh, makanya punya kambing itu dijaga, bukan malah dibiarin main di tengah jalan," bela pemuda itu tak mau kalah.

Embek! Embek! Embek!
Terdengar lagi erangan dari si kambing korban. Zubaidah mengalihkan pandangan kesal dan kagumnya atas pemuda itu ke arah si kambing. Anak kambingnya harus segera dibawa pulang untuk memperoleh pertolongan pertama, pikir Zubaidah. Akhirnya ia pun mengalah menelan kata-kata amarahnya pada pemuda itu. Dan segera bergegas berlari pulang. Ia sengaja meninggalkan beberapa kambing yang telah ia ikat di pohon waru untuk nanti sekembalinya dari rumah, akan dijemputnya. Toh, di sini cukup aman.

Pemuda penabrak dan ketiga temannya hanya terdiam saling pandang, saat akhirnya punggung gadis berkepang dua itu menghilang di balik rumah warga. Keempat pemuda itu kembali menghidupkan sepeda motor dan meneruskan perjalanan mereka.

Namun sesuatu yang tak terduga kembali mempertemukan Zubaidah dengan pemuda yang telah menabrak anak kambingnya, yang sesampai di rumah tak dapat diselamatkan.

Bersambung....

#Vee, Jan'2016

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda