Kamis, 29 Oktober 2015

Cerita Mini

#Cermin

DILEMA PERJODOHAN

Suasana cafe Aborigin malam ini nampak sepi. Entah kenapa, pemilik cafe yang asli keturunan orang Jawa tulen ini, bisa-bisanya memberi nama suku dari Australia. Bahkan jenis makanan yang dijual pun bukan makanan khas Australia, masih sekitar nasi pecel dan ikan asin juga. Tapi justru berawal dari nama yang tak biasa ini, cafe cukup ramai pengunjung, terlebih di hari sabtu malam.

Sebagai seorang jomblo sejati, gue, Ical, dan Elon tak pernah mempunyai istilah malam minggu, yang ada sabtu malam. Namun di malam Jumat ini, cafe hanya dihuni beberapa ekor kepala saja, termasuk gue, dan dua sahabat gue ini.

"Lu napa sih, Cal, mukanya kusut banget? Masih mikir soal ujian kimia tadi ya?" tanyaku sambil mengaduk-aduk sisa es teh manis yang tinggal separuh.

"Gue aja kagak bingung soal ujian tadi," timpal Elon santai.

"Yaiyalah elu kagak bingung, orang elu kan pakai contekan."

Elon hanya cengengesan mendengar ucapanku. Dan memang benar, Elon yang memiliki rambut asli kribo mirip tarangan ayam yang mau bertelur itu ... dengan mudahnya menyelipkan kertas contekan di dalam rambutnya dengan aman dan selamat hingga tujuan.

"Hehe, gue gitu lo," jawab Elon sambil mengelus-elus rambut kebanggaannya.

"Bukan itu, Guys. Gue lagi bete," jawab Ical lirih.

"Lu ada masalah apa, Cal?" tanyaku dan Elon bersamaan.

Ical menarik napasnya berat, lalu mengeluarkannya perlahan. Tak biasanya, Ical yang selalu riang dengan ide-ide gilanya ... malam ini seperti balon yang tertusuk jarum kondenya Mbok Juminten--penjual jamu keliling tempat kost yang hobby nyinden itu--kian lama kian kempes.

"Pernah kebayang gak sih, kita bertiga punya pacar terus nge-date bareng sambil nikmatin nasi rawon terkenal dari cafe ini? Pasti bakal seru banget."

Gue dan Elon saling pandang, lalu dengan gerakan cepat ... tangan kanan Elon sudah berpindah di atas kening Ical.

"Lu kagak panas kok, Cal," ucap Elon.

"Teman mami gue, yang seorang konglomerat juragan tebu se-indonesia raya tercinta ini ... mau jodohin gue ama anaknya," tambah Ical lemas.

Gue dan Elon saling pandang lagi.

"Wah, keren itu, Cal. Kan siapa tahu, idup lu bisa terangkat jadi konglomerat juga. Yah ... masa sahabat-sahabat lu yang kece ini kagak keangkat juga, ya gak Lon?" selorohku sambil mainin mata naik turun ke arah Elon.

"Gue setuju tuh. Siapa tahu juga, cewek lu itu punya temen cewek yang konglomerat juga, maksudnya itu buat gue ama Jojo," tambah Elon.

"Tapi bokap gue gak setuju dengan perjodohan ini." Ical membenamkan wajahnya di atas meja.

"Kenapa?" tanyaku dan Elon bersamaan.

"Anak temen mami gue itu cowok keleus, masa gue mesti pedang-pedangan."

Gue dan Elon saling lempar pandang.

#Vee, 2015

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda