Jumat, 22 Januari 2016

cerbung 3

SI GADIS KAMBING
;part 3

Hujan yang turun ba'dha ashar itu, seakan menjadi melodi kesedihan bagi Zubaidah. Ia merasa bersalah, karena tak dapat menyelamatkan nyawa anak kambingnya yang mati setelah tertabrak motor. Untung sang bapak tidak begitu memarahinya, hanya menasihati agar lebih berhati-hati saat angon kambing. Tapi tetap saja, gadis yang menyadarkan tubuhnya di salah satu sisi dinding kamarnya itu, bersedih. Bagaimana tidak? Anak kambing yang mati itu baru berumur dua mingguan, ibarat bayi manusia sedang lucu-lucunya. Lalu harus mati begitu saja. Zubaidah mendesah pelan.

Selesai shalat maghrib, Zubaidah melempar tubuhnya di atas ranjang tempat tidur. Tengkurap. Ingatan gadis itu kembali pada kejadian sore tadi. Menghela napas. Tiba-tiba wajah sedihnya berubah, kesal. Ngedumel dalam hati. Ini semua gara-gara cowok belagu itu, awas kalau ketemu. Mau kujambakin itu rambutnya.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikum salam!"

Terdengar ada tamu yang datang, namun segera dijawab oleh ibunya Zubaidah. Ah, Zubaidah kenal betul itu suara siapa. Siapa lagi kalau bukan Pak Khoirul--pak kampung, yang sudah pasti ada perlu sama bapak, RT-nya. Zubaidah cuek, kembali menenggelamkan kepalanya di atas bantal.

"Nduk, tolong kamu panggil bapak gih! Ada pak kampung yang nyari," pinta ibu yang sudah masuk ke kamar Zubaidah.

"Bapak di mana, Bu?"

"Coba cari ke rumahnya Mbok Nem, tadi Mbok Nem ke sini minta bantu pasangin lampu soalnya."

Begitulah bapak, hal sekecil apapun akan dilakukan untuk membantu tetangganya. Selain karena beliau adalah ketua RT.

"Njih, Bu."

Namun tiba-tiba mata gadis penyayang binatang itu membulat, menyerupai purnama tanpa tertutup awan. Langkahnya seketika terhenti, tepat di saat tangan kanannya hendak menyalami tamu kedua setelah bersalaman dengan Pak Khoirul. Kedua alisnya menyatu, tiba-tiba kejadian sore tadi serupa hujan yang tumpah begitu saja di dalam ingatannya. Dengan gerakan kaku bercampur kesal, Zubaidah menyalami pemuda-pemuda itu satu persatu. Lalu pamit undur diri pada Pak Khoirul untuk memanggil bapak.

Selama di perjalanan Zubaidah berpikir keras, tentang siapa dan maksud kedatangan cowok yang telah merenggut nyawa anak kambingnya. Apakah mereka datang ke rumahnya karena sengaja untuk minta maaf? Tapi bukankah tadi sore dia sok banget? Huufftt! Zubaidah mendengus kesal.

Zubaidah berjalan di belakang bapaknya. Setelah menyampaikan kedatangan Pak Khoirul, sang bapak langsung pamit pulang. Sesampai di rumah, Zubaidah mencuri pembicaraan antara bapaknya dan pak kampung di belakang bofet ruang tamu. Lagi-lagi matanya membulat, melongo, setelah tahu siapa dan apa maksud kedatangan para cowok-cowok tak bertanggungjawab itu ke rumahnya.

Zubaidah menelan ludah. Tak percaya. Ah, bagaimana mungkin aku bakal tinggal ama cowok rese yang telah mengakibatkan anak kambingku mati?

Pak Khoirul sudah pamit pulang beberapa menit yang lalu. Tak lama setelah itu, terdengar suara bapak memanggil Zubaidah. Dengan perasaan bercampur aduk, gadis itu keluar menemui bapak dan dua cowok yang masih duduk di tempat semula. Sedang dua cowok lainnya ikut bersama perginya Pak Khoirul. Mata Zubaidah tertuju pada satu cowok yang masih menyisakan kekesalan di hatinya--cowok berambut sebahu yang menoleh ke arahnya sedikit canggung.

"Tapi, Pak. Kenapa harus di kamarku sih? Kan bisa aja suruh mereka tidur di kandang kambing," gerutu Zubaidah setelah mendengar penjelasan dan perkenalan tentang cowok-cowok itu.

Kedua cowok yang mendengar jawaban Zubaidah saling lempar pandang, menelan ludah.

"Eh, kok di kandang kambing to. Ndak sopan itu namanya. Mereka ini kan sedang KKN di sini, dan mereka juga tamu kita. Jadi apa salahnya kamu mengalah, kan bisa tidur sama ibumu to?"

Bagaimana mungkin Zubaidah harus berbagi kamar dengan orang yang mengakibatkan kambingnya mati? Tapi bapak benar, ndak sopan. Masa nyuruh tamu tidur di kandang?

Akhirnya Zubaidah mengalah, demi bapak. Ia membereskan kamarnya untuk ditempati cowok nyebelin yang baru diketahui bernama Raka, dan temannya Udin.

Bisakah Zubaidah berdamai dengan Raka?

Bersambung...

#Vee, 23 Jan'2016

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda