RANJANG HUJAN
Ini sisa bibirku, Sayang!
Yang semalaman lupa tak kau tenggak
-habiskan.
Lalu gelas-gelas mabuk
Di sepertiga anggur kita terguyur
Wanginya : neraka, di ujung napas kita
-lupa surga.
Surga lupa neraka.
Lupa?
Lupakah...
Ini sisa tubuhku, Sayang!
Di bawah ranjang-ranjang hujan
-kenangan.
Lalu puisi-puisi bertelanjang
Napas saling memburu, diksi
-tergagu.
Aku ingin bertemu kamu, Sayang!
Serupa dua ombak yang bergulung-gulung
-menampar karang. Katamu.
Ombak pun pecah!
Pecah,
Pecah?
Ini! Jangan sisakan lagi, Sayang!
Jember, 4 September 2015
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda